Umroh #1 : Madinah Al Munawarah


#Berangkat Menuju Bumi Para Nabi

Umroh pertama kali ini saya ditemani keluarga. Take off tanggal 6 Februari 2013, sebelum dhuhur dari Bandara Soetta Jakarta membuat saya dan rombongan harus sampai Bandara Soetta sebelum jam 9 pagi. Ketika pembagian tiket pesawat, ternyata saya mendapat tiket kelas eksekutif (jrengg..jrengg..). Kalau di rupiahkan mungkin bisa mencapai kurang lebih 20 juta untuk perjalan pulang dan pergi dari Jakarta-Jeddah. Subhanallah..

Benar-benar tak disangka, kejutan dari Allah :’)

9 jam perjalanan dari jakarta-jeddah dengan penerbangan kelas eksekutif. “Maka Nikmat Tuhanmu yang manakah yang engkau dustakan?”

Kita memang tidak pernah tau kejutan apa yang Allah berikan untuk kita. Tapi setidaknya kita perlu tau bahwa setiap kejadian baik yang dikaruniakan Allah adalah akumulasi dari kebaikan yang kita tebarkan pada sesama.

Di pesawat, saya duduk bersebelahan dengan akhwat UI dari jurusan Hukum, namanya Ukhti Dinda. Dari perkenalan itu saya baru tau, ternyata umurnya baru 22 tahun, dan baru 3 bulan menikah. Saat itu dia juga mau melakukan umroh bersama suaminya.  Wah, subhanallah..

#Perjalanan Menuju Madinah

Sampai di bandara King Abdul Aziz Jeddah, langsung disambut  pemanadangan gurun. Setelah melewati proses imigrasi, beberapa menit kemudian Bus yang menuju madinah sudah tiba.

Disana, di setiap jalan yang saya lewati, hanya sekali saya ngeliat orang pake sepeda motor, lainnya bermobil semua. Bener2 negara yang kaya. Kata seseorang, masyarakat kota disana sangat jarang menggunakan sepeda motor karena kebanyakan dari mereka mengendarai mobil pribadi. penjualan mobil pribadi disana cukup tinggi. Mobil yang dibelinya pun mobil-mobil mewah dengan harga selangit. Jadi tidak heran klo jalanan di sini lengang dan sepi tanpa motor.

Dari penjelasan itu, saya yakin klo di negara ini penjual paling nelangsa adalah penjual helm. Selain itu, I’m sure, ga bakal ada tukang tambal ban di pinggir jalan!

Okey, kita masih akan membahas soal ketajiran negara arab ini. Di saat negara Indonesia ribet ngurusin soal kenaikan BBM, di Negara2 yang termasuk anggota United Emirates Arab (tidak hanya arab saudi saja) , harga seliter minyak tidak lebih mahal daripada harga sebotol air mineral. Harga minyak yang melambung tinggi, otomatis mendongkrak penghasilan negara2 arab. Sektor minyak dan gas memang menjadi andalan pendapatan mereka.

Misalnya Negara Qatar yang termasuk salah satu negara anggota UEA. Disana gaji pegawai negerinya mencapai 70 juta/bulannya. Angka yang fantastis.  Disana hanya ada dua kategori tingkat kemakmuran di Qatar, yaitu kaya dan sangat kaya.

Disana, tiap penduduk yang baru menikah akan diberikan tanah oleh pemerintah. Selain itu, pemerintah juga memberi pinjaman dengan bunga NOL persen untuk bangun rumah. Klo hal ini diterapkan di Indonesia, sepertinya saya yakin anak umur 5 tahun langsung disuruh nikah sama emaknya.

Nah, untuk masalah anak, pepatah ‘Banyak Anak Banyak Rejeki’ bener2 manjur di Qatar. Pemerintah Qatar menggalakkan penduduknya untuk memiliki anak banyak, beda dengan negara Indonesia. Semakin banyak anak yang kalian punya, semakin besar tunjangan yang diberikan pemerintah kepada keluarga kalian.  Dan, yang tidak kalah pentingnya lagi, pendidikan disana gratis dari Taman Kanak-Kanak (TK) sampai lulus kuliah. Untuk siswa yang berprestasi, langsung dikasi beasiswa ke luar negeri.

Subhanallah..

Kapan ya Indonesia menyusul? 😀

 

#Madinah Al-Munawwaroh
Perjalanan Jeddah-Madinah menghabiskan waktu sekitar 5-6 jam perjalanan dengan naik bus. Jarak tempuh yang hampir sama dari surabaya-semarang. Berbicara tentang Madinah tentu tak lepas dari proses hijrahnya Rasulullah SAW dan ikon pusat dakwah islam. Disinilah berdiri Masjid Nabawi, yang oleh Rasulullah SAW dijadikan pusat Tarbiyah Islamiyah. Oya, mesjid ini bukan mesjid pertama yang dibangung di Madinah, mesjid pertama yang dibangun adalah Masjid Quba. Masjid Nabawi-lah yang lokasinya ditentukan oleh tempat beristirahatnya unta yang dinaiki Rasulullah SAW saat hijrah.

Saat tiba di madinah, pemandu berkata, “ Selamat datang di Madinah bagi para jama’ah tamu Allah sekalian..”

saat itu perasaan saya campur aduk, sambil sembunyi2 saya meneteskan air mata  sbgai luapan rasa rindu dan syukur tiada terkira buat Allah. Sepanjang perjalanan menuju hotel, rasa tidak percaya, kagum dan syukur mewarnai suasana hati. Rasanya tidak percaya akhirnya saya bisa satu kota dengan Rasulullah.

Tiba di hotel sekitar pukul 01.00 pagi, di hotel hanya beberes dan bersih diri dan istirahat sejenak. Barulah sekitar pukul 3.30 pagi berangkat menuju masjid nabawi untuk sholat tahajjud sampai sholat shubuh disana.

 
#Masjid Nabawi

Ketika sampai di masjid Nabawi, terlihatlah binar2 lampu An-Nabawi dan payung2 hidroliknya. Rasanya tidak tergambarkan ketika tiba di masjid ini. Membayangkan ada jasad Qudwah yang bgtu kita cintai di dalamnya, rasanya langsung meleleh. Silakan nanti temen2 rasakan sendiri.

Masjid Nabawi sangatt luas sekali, disana women’s area dan men’s area benar2 terpisah. Kita tdak bisa melihat jamaah lawan jenis, hijab benar2 diatur rapi. Toilet dan tempat wudhunya bersiihh sekali dan ada tempatnya tersendiri, 2 lantai underground dengan eskalatornya.

batas women's area

Masjid Nabawi punya banyak sekali pintu dengan nama dan nomor yang berbeda di tiap pintunya. Dan pada tiap pintu selalu ada askar (tentara) yg selalu memeriksa barang2 kita sebelum masuk.  Ada peraturan di masjid nabawi, akhwat dilarang bawa kamera atau hape berkamera sedangkan ikhwan diperbolehkan. Entah kenapa. (mungkin krna kadar kenarsisan, kali ya? Soalnya wanita cenderung lbih narsis ketimbang laki2. Hehehe 😀 )

setelah lolos dari pemeriksaan askar, langsung takjub melihat seisi majid nabawi, ratusan tong air zam-zam berjajar rapi, siapapun boleh minum sepuas-puasnya. Ada juga ratusan mushaf yang tersusun rapi di rak-rak.

Shalat perdana dan tilawah al-quran di masjid nabawi rasanya sperti apa ya? Sholat di tempat rasulullah pernah shalat. Tilawah Al-Quran..di tempat dimana ayat Al-Quran pernah diturunkan. Rasanya benar2 berbeda, susah untuk diterjemahkan. Karpet-karpet lembutnya, aroma harumnya,benar bisa membuat suasana hati menjadi gerimis. Kalau biasanya saya menangis kemudian dilihat orang2 itu rasanya malu bgt, sekarang saya tidak peduli.

masjid nabawi

masjid nabawi

 

#Raudhoh

Raudhah adalah halaman rumah Nabi saw. Raudhah sendiri artinya adalah taman. Raudhah adalah satu-satunya tempat di dunia ini yang ditetapkan Rasulullah sebagai sebuah taman dari taman-taman surga. Beliau bersabda, “Antara mimbarku dan rumahku adalah raudhah (taman) dari taman-taman surga.” (Shahih Bukhari). Raudhah juga ditetapkan sebagai tempat makbulnya doa. Karenanya, hampir setiap pengunjung Masjid Nabawi ingin mendapatkan kesempatan untuk beribadah di dalamnya. Orang-orang berdesakan di tempat yang panjangnya hanya sekitar 22 meter dan lebar 15 meter tersebut. Batas raudhah ditandai oleh warna karpet yg berwarna hijau dan ukiran tiang penyangga yang berbeda.

Untuk pria, bisa kapan aja ke Raudhah, asal cepat dan sigap, solat 5 waktu pun bisa disana. Berbeda dengan wanita, ada jam-jam khusus (ba’da shubuh,ba’da dhuhur dan ba’da isya). Jadi,tidak  mengherankan klo kesempatan ini menjadi rebutan para jamaah. Bahkan untuk meminimalisasi kecelakaan dalam perebutan, jamaah wanita dibagi berdasarkan ras, ada dari Melayu (Indonesia, Malaysia, Brunei), lalu dari Iran, Turkiye dan dari beberapa kawasan lainnya. Pembagian ini mungkin karena pstur tubuh yang berbeda agak berisiko jika digabung. Ya seperti postur2 tubuh bangsa Indonesia yang agak rawan jika digabung dg postur bangsa Arab umumnya. Kalaulah membandingkan postur tubuh kita dengan orang arab, rasanya mustahil tidak terinjak jika sujud di Raudhah.
Jadi, oleh karena itu antrinya bisa lamaaa sekali (bisa 3-4 jam).

Camera 360

langit-langit raudhoh

antrian masuk raudoh

antrian masuk raudoh

Saat menuju Raudhah, subhanallah ramai sekali orang dengan raut wajah tak sabar, ingin cepat2 bermunajat kepada Allah di tempat mustajab itu. Tepat di bawah sebuah tiang, saya memutuskan untuk sholat, tapi sungguh, untuk sujud pun sangat sulit. Tapi Alhamdulillah, dengan kuasa Allah,saya, adik dan ibu bisa bergantian sholat.

 
#Bukit Uhud

Bukit Uhud letaknya masih di madinah. Bukitnya panjang dan tinggi. Teringat siroh perang uhud, perang filtrasi kaum mukmin dan kaum munafik. Kisah yg sarat pelajaran, kisah yg sangat mengharu biru. Perang yg membuat saya malu pada diri sendiri, karena jika dibandingkan mereka (para sahabat), sungguh perjuangan kita tak pernah sama. Ya.., tak mungkin sama kadar pembuktiannya.

bukit uhud

bukit uhud

Penggal siroh perang uhud yang paling saya suka:
Pasca perang uhud, salah seorang sahabat tergopoh-gopoh mencari seorang shohabiyah,
“Wahai ummi (maaf, saya lupa namanya), aku ingin mengabarkan bahwa bapakmu, suamimu, dan putramu telah gugur di perang uhud.”
Sang wanita yang telah kehilangan 3 lelaki dalam hidupnya itu tidak sedikitpun menggubris info dari lelaki tsb. Dengan raut wajah yang sangat cemas dan tak kalah tergopoh-gopoh, ia balik bertanya, “Rasulullah, Rasulullah, bagaimana dengan Rasulullah? Dimana Rasulullah???!”

Sang lelaki pun menjawab, “Oh, Alhamdulillah Rasulullah selamat.”
“Alhamdulillah. Tidak masalah bagiku kehilangan bapak, suami, dan putra. Yang penting Rasulullah tidak terluka!” jawab wanita itu.

Masaya Allah.. Maasya Allah.. Maasya Allah..

“Para Jama’ah, itu bukit yg diduduki oleh pasukan pemanah. Nah kalau disebelah itu, kompleks kuburan syuhada yg gugur di perang Uhud, disana paman Nabi, Hamzah dikuburkan”, Kata pemandunya menyadarkanku.

Mendengar kata-kata “syuhada”, membuat saya merinding. Begitu banyak para sahabat yang menjemput cita-citanya di bukit ini. Dan ketika saya ke kompleks pemakamannya, makam2 para syuhada Uhud ini wangiii sekali,padahal disana hanya ada hamparan pasir saja. Tapi makam mereka wangii, wangi aroma surga.

***

Bagi kebanyakan orang, perjalanan ke tanah suci adalah wisata rohani. Tapi bagi segelintir orang yang mengenal dakwah, perjalanan kesana adalah saat palingg spesial untuk taqarrub ilallah, menguatkan ruh, menumpahkan semua yang tertahan di hati, suka duka dakwah, sekaligus menagisi diri yang selalu sok-sok letih, padahal bila dibandingkan Rasulullah perjuangan kita masih belum ada apa-apanya. (astgfirullah).  Dan di tempat ini pula kita merasakan siroh Rasulullah yg selalu kita baca, selalu kita dengar, seperti terefleksi langsung.

Jujur saja, ada pepatah mengatakan “sejauh-jauhnya kita pergi, rumah adalah tempat kembali yang paling indah,”. Tapi di sini, pepatah itu tidak berarti. Saya sangat betah, bahkan seperti enggan untuk kembali. Suasana yang tidak pernah saya dapatkan di manapun. Tidak ada rasa lain selain kedamaian. Tidak ada rasa sedih, apalagi galau.  Hehehe 😀

3 responses

Leave a reply to saydha Cancel reply