Sekelumit tentang “Rindu”


6756294175_f66104fcd4_zSemenjak lulus kuliah dan kuliah lagi, ada banyak hal yang berubah dari hidup ini. Mungkin memang sudah fasenya seperti itu, Karena menjelang dewasa itu banyak sekali yang berubah, salah satunya adalah pandangan kita terhadap apa arti dari persahabatan itu. Sahabat tidak harus selalu kita genggam tangannya, melainkan kita tautkan di hati kita.

Rasanya ada sudut hati ini yang tersentak. Terketuk. Sedikit gentar muncul, namun hilang ketika kuingat bahwa bertemu pun selalu teriring dengan perpisahan di kemudian akhirnya. Aku jadi mulai membandingkan kelulusan dengan ketika kuliah.

Ketika sekitar tiga atau empat tahun yang lalu, aku pertama kalinya merengkuh dan menggandeng teman-teman JMMI ITS dan berbagai lembaga dakwah lainnya di kampusku. Pertemuan yang indah, membekas, terpatri, dan melekat kuat dalam ingatanku hingga kini.  Tidak hanya sekedar mengingat dengan siapa aja aku bertemu, dengan wajah siapa saja aku menatap. Namun, alun rasa di dalamnya pun masih kuinsyafi dengan jelas.  Karena, dalam setiap pertemuan, ada dentum-dentum yang berirama. Hangat. Nyaman. Terpukau. Terikat. Bersatu.


Dan ketika teman teman satu per satu mulai lulus, itulah mengapa, rasa sedih seringkali muncul ketika menerima ucapan perpisahan dari teman yang sudah lulus duluan. Ucapan perpisahan karena ia akan kembali mengabdi kepada kampung halamannya atau bekerja di tempat nun jauh disana. Ternyata, waktu itu begitu cepat berlalu.  Rasanya ingin memutar kembali saat pertama kali bertemu dengan mereka dalam menjalani hari-hari yang penuh rasa.

Tapi…Tidak hanya sampai pada perpisahan di tataran studi saja,
Entah mengapa, melihat teman baikmu menikah, membuatmu merasa akan sangat kehilangan dirinya.
Menikah adalah gerbang untuk memasuki masa depan yang baru bersama pasangan.
Jujur, aku sendiri merasa sangat sungkan untuk “menganggu” teman-teman yang sudah berumah tangga.
Yang biasanya jalan-jalan bersama saudari ataupun mengirim sms-sms penuh rindu antar Saudari, kini jariku terhenti ketika ingin mengirim kepada ia yang sudah genap dien-nya.

Perpisahan…
Rasa kehilangan…

Suatu hal yang wajar dalam hidup ini.
Karena sesungguhnya semua pun akan berpisah di kemudian harinya.
Itu lah mengapa, segenap doa untuk dipertemukan kembali dengan orang-orang terkasih di surga kelak, menjadi dominasi dalam doa kita semua.

Ahh..
Aku rindu kalian..
Rindu sekali…

Untai kalimat yang membuatku tegar di kala rindu itu menghimpit tertulis manis dalam buku Dekapan Ukhuwah buah karya Salim A.Fillah.

lalu dengan rindu kita kembali ke dalam dekapan ukhuwah
mengambil cinta dari langit dan menebarkannya di bumi
dengan persaudaraan suci; sebening prasangka, selembut nurani,
sehangat semangat, senikmat berbagi, dan sekokoh janji

Semoga kita semua selalu dapat menebarkan cinta-cinta kita ke seluruh penjuru bumi dalam kebaikan. Karena dari kebaikan-kebaikan itu lah, rasa cinta kita kan terjaga maknanya.

Rasulullah SAW bersabda, “Di sekitar Arsy ada menara-menara dari cahaya. Di dalamnya ada orang-orang yang pakaiannya dari cahaya dan wajah-wajah mereka bercahaya. Mereka bukan para Nabi dan syuhada’, tetapi para Nabi dan Syuhada’ iri pada mereka. “Ketika ditanya oleh para sahabat, Rosulullah saw menjawab, “Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai karena Allah, saling bersahabat karena Allah, dan saling kunjung karena Allah”
(HR. Tirmidzi)

Maka, tatkala kutatap langit setiap malamnya, hatiku berbisik sendu penuh haru bercampur harapan yang meletup…
Mengingat suatu kalimat yang diucapkan seorang Saudari..
“Di mana pun bintang kita berpijar, langit kita tetap lah sama”

Leave a comment